Kamis, 29 Juli 2010

Layaknya Seutas Tali


Sederhana . . .
Dibandingkan kerumitan dunia
Yang selalu saja berkesan di hati
Membuat itu semakin terlihat
Sederhana


Hanya saja, kesederhanaan itu
Meraba takdir membungkan waktu
Dengan apa adanya
Suatu hal tak bernilai,
Jadinya . . .



Menghilangkan daya rumit
Seketika, tanpa apapun itu
Layaknya hentakan jari
Layaknya seutas tali . . .

Terbungkus Suci

Hatimu,
luas
mengalirkan kasih dan sayang tiada hentinya

Pengorbananmu,
perlambang ikhlas
mencuatkan helai cinta dari setiap tetes peluh
senyummu takkan pudar

Bijaksanamu,
mengiringi langkah hidup kami
dengan tegas, terus, tanpa akhir
jadikan kami mengerti makna kehidupan

Maafmu,
kami harapkan
untuk setiap butir kesalahan kami
yang berbekas sakit di hatimu

Terimamu,
sadarkan kami yg hanya bisa berucap kata sederhana

terima kasih untuk kalian,
Ayah dan Ibu

Pantulan Berkias


Cerdas bukan kau ?
Hanya sedikit muak
Bisa juga untuk menghilangkan penat
Atau sekedar mencari teman
Mungkin yang itu cukup menarik
Atau sekedar mengunyah permen
Permen menyebalkan, terlalu manis
Mungkin itu wajar, dan hancur di akhir waktu, rasa hilang
Lenyap, dimakan penat
Lenyap itu akan sementara, kenangan yang akan selamanya
Tapi itu semua hampa, sepenuh sesuatu yang kosong
Nyata adalah fakta yang diputar oleh khayalan, hanya suara gelas yang paham
Hingga tak sanggup tapak berjejak, ringan tertinggal dihapus gelombang
Terlalu erat, hangat lebih menyakitkan
Ambisi merenggut janji, buta
Enggan melihat kedepan, malu itu harus
Dengan itu mati saja

Minggu, 19 Juli 2009

The Prototype of Love


Terlalu abstrak untuknya dijelaskan
Dengan apa yang ada,
bukan suatu kecukupan
Terlalu mahir baginya muncul
di dalam hati
Hati batin yang tertembus,
akan timbul suatu rasa

Rasa yang disebut suatu anugerah,
dari-Nya Yang Maha Kasih
dari-Nya syukur bertubi dengan harap
dapat bertahan
Dan mempertahankan,
suatu ikatan

Rasa yang diberi nama,
CINTA . . .

The Name to The Truth

A wal hendaknya bertemu, dengannya yang berkesan
L alu,
D engan kuharap itu baik
Y a, masih bening, terlalu dingin dan itulah
R asa mencuat, helai pikiran muncul, memaksa walau
A nomali dirasanya

D an berlalu pun masa membentuk
H ati kian tipis, kikis
I ni sedikit terlihat walau
E nggan pula samar dan hanyalah
N ila

S uatu yang nyata telah menjadi maya
W arna abadi terkandung dalamnya yang diam
A mat tenang walau sesaat saja
V ariasi pun tak berkutik, hanya berayun mengikuti yang kekal
I ndah,
R asa ini indah dengan tanya, mengapa tercuat pada waktu ini,
A khir waktu maksudku, kawan

Sabtu, 23 Mei 2009

The Name to The Truth (Prototype Ver.)


A
wal
L alu,
D engan
Y a
R asa
A nomali

D
an
H ati
I ni
E nggan
N ila

S
uatu
W arna
A mat
V ariasi
I ndah
R asa
A khir

Rabu, 22 April 2009

Long Way to Walk, Maybe . . .


Tirai perjalanan yang dibentangkan

oleh hati seorang
Tak kurang dari lurus, kadang berkelok
Buntu karena masih terlipat
dan, hilang . . .

Mencoba bentangkan dengan keberanian diri
Aku melangkah maju, dengan rasa baru
Hidup pun kutempuh,
sejauh mungkin
Tanpa upaya melihat ujung
Dan hanya terpaku pada langkah yang kuambil
Agar dapat melanjutkan sisa,
sisa waktu . . .

Tirai putih, suci yang menjadi sebuah acuan
Itu memudar setelah kulewati
Tapak kaki langkahku, seolah menjadi noda,
bukti perjalanan
yang akan terus (mungkin) tersirat selamanya
sebagai bekas,
bekas untuk dikenang . . .

Pola rumit yang tiba-tiba terpincut
dari sisi dalam khayalku
Ku isyaratkan sebagai alur gerak langkah kaki
Sampai saatnya kebingunganku timbul dan bertanya
Kemana arah yang harus kuambil
untuk dapat bertahan, dari pilihan lainnya

Berbagai tirai berwarna mencabangi pikiranku
begitu juga dengan nyatanya
Andai sayap mutlakku sudah tumbuh,
aku akan terbang, melayang tanpa harus memilih satupun
dan sampai pada ujung yang benar

Tahukah kawan, aku berpikir sejenak, termenung
Dengan tenang, mencuat sesuatu yang bijaksana,
mungkin
dan itulah jawabannya
Mengapa Tuhan tak memberikan,
sayap . . .

Dengan sayap, manusia tak mengenal rintangan
sebuah haluan pikiran, seperti angin dari arah berlawanan,
yang dengan sengaja menerpa,
bahkan menjatuhkan
suatu keyakinan,
keyakinan hati . . .

Terpilihlah suatu tirai berkelok dari benak
yang mungkin salah atas keraguan,
atau sebaliknya
Langkah mundur kutarik kembali, menuju jalur semula
Ku berjalan lurus, mengikuti aliran warna
yang terpilih itu

Jalur itu terbentang paling kiri
Melangkah dengan menghilangkan keraguan sedikit demi sedikit,
menggantinya dengan suatu keteguhan
Keyakinan atas apa yang kupilih
Tatapan lurus, sesekali memandangi jalur lainnya
yang bukan takdir

Tak kusangka, sampailah pandanganku pada sebuah puncak
puncak suatu keberhasilan hati
dan prasangka keanehan muncul mendadak
Aku melihat tirai yang tak kupilih,
semua tersampaikan ujungnya,
pada puncak itu, yang sama maksudku

Tersirat suatu simpulan olehku
Bahwa semua kerumitan dunia, pasti ada jalan
yang dapat menjadi suatu solusi
Semua jalur perjalanan yang berbeda-beda pun,
pasti mencapai suatu yang sama,
suatu keberhasilan hati

Dan tahukah kawan,
dengan sayap, kita tak mungkin,
menjumpai ini semua . . .